Nilai Tukar Rupiah Melemah 2024, Imbas 2 Faktor Setelah Pandemi Covid 19, Internal dan Eksternal

19 April 2024, 09:00 WIB
Ilustrasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. /Antara/Yudhi Mahatma/

MEDANSATU.ID-Nilai tukar rupiah pada akhir-akhir ini terus melemah terhadap mata uang asing.

Banyak orang mengkhawatirkan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia secara keseluruhan.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi melemahnya nilai tukar rupiah, dan bagaimana dampaknya bagi perekonomian Indonesia.

Saat ini, nilai tukar rupiah menjadi perhatian publik karena nilai tukar yang melemah dapat berdampak pada banyak hal, seperti harga barang yang lebih tinggi, investasi yang turun, dan lain-lain.

Baca Juga: Bursa Saham di Indonesia Menunjukan Arah Belum Jelas, Rupiah dan IHSG Terus Melemah

Secara umum, ada beberapa faktor yang menyebabkan melemahnya nilai tukar rupiah, di antaranya:

Faktor Eksternal

Faktor eksternal merupakan faktor dari luar negeri yang mempengaruhi nilai tukar rupiah. Beberapa faktor eksternal berikut ini dapat mempengaruhi naik atau turunnya nilai tukar rupiah.

Pandemi COVID-19

Pandemi COVID-19 yang masih berlangsung membuat perekonomian dunia lesu dan tidak menguntungkan bagi Indonesia juga.

Indonesia merupakan negara yang bergantung pada ekspor, sehingga dampak COVID-19 membuat daya beli rendah dan permintaan turun.

Akibatnya, nilai tukar rupiah menjadi tidak stabil dan melemah.

Kenaikan Suku Bunga The Fed

Pada tahun 2022, bank sentral Amerika Serikat, the Federal Reserve atau yang disingkat The Fed memutuskan untuk menaikkan suku bunganya.

Baca Juga: Rupiah Menguat, Pemilu Damai 2024 Dipercaya Menjadi Katalis Positif Bagi Kinerja Pasar Saham di Tanah Air

Hal ini membuat investor asing menarik dana mereka dari negara berkembang seperti Indonesia, dan mempengaruhi turunnya nilai tukar rupiah.

Faktor Internal

Selain faktor eksternal, ada juga faktor internal yang mempengaruhi nilai tukar rupiah. Berikut ini adalah faktor-faktor internal yang mempengaruhi kurs rupiah.

Defisit Neraca Perdagangan

Indonesia merupakan negara yang bergantung pada impor barang. Namun, karena negara belum mampu menghasilkan barang yang bisa dikonsumsi masyarakat dan mengandalkan hasil ekspor komoditas, aspek neraca perdagangan lebih sering mengalami defisit.

Hal ini membuat pasokan rupiah di pasar valuta asing turun, dan membuat demand (permintaan) uang asing naik, sehingga melemahkan nilai tukar rupiah.

Baca Juga: Ivestor Sudah Prediksi Pemilu 2024 Akan Berdampak Atas Melemahnya IHSG dan Rupiah

Tingkat Inflasi Tinggi

Tingkat inflasi yang tinggi biasanya menyebabkan nilai tukar rupiah turun. Hal ini terjadi karena ketidakstabilan harga dapat menyebabkan ketidakpercayaan investor.

Laju Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi yang lambat juga dapat mempengaruhi nilai tukar rupiah. Jika ekonomi berjalan lamban atau stagnan, maka investor tidak merasa yakin untuk menanamkan investasinya di Indonesia.

Dampaknya, nilai tukar rupiah yang turun bukan hanya berdampak pada kondisi ekonomi secara umum, tetapi juga pada harga-harga sehari-hari.

Kenaikan harga barang-barang impor, misalnya, akan membuat inflasi semakin tinggi dan daya beli masyarakat semakin menurun.

Baca Juga: IHSG dan Rupiah Naik, Pasar Harus Mewaspadai Pergerakan Liar Pekan Depan

Investasi juga akan terhambat, karena investor lebih tertarik untuk menanamkan modal di negara lain yang lebih stabil.

Oleh karena itu, pemerintah perlu menyikapi melemahnya nilai tukar rupiah dengan memperkuat efektivitas kebijakan ekonomi dalam negeri serta mengupayakan diversifikasi ekonomi Indonesia agar tidak tergantung pada impor.

Selain itu, pemerintah juga harus mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dengan memastikan pasokan barang yang memadai dan tidak membebani devisa.***

 

 

Editor: Dedi Suang MS

Tags

Terkini

Terpopuler