Penjualan Daging Ayam Turun, Jangan Disepelekan Bisa Jadi Indikasi Melemahnya Daya Beli

- 28 Maret 2023, 14:30 WIB
Pedagang ayam sedang melayani pembeli, saat ini mengeluhkan turunnya daya beli menyusul kurangnya permintaan ayam penyet
Pedagang ayam sedang melayani pembeli, saat ini mengeluhkan turunnya daya beli menyusul kurangnya permintaan ayam penyet /MEDAN SATU / DEDI SUANG /

 

MEDANSATU. ID Sejumlah pedagang daging ayam di Kota Medan, Sumatera Utara (Sumut) mengeluhkan dengan penjualan daging ayam yang menurun belakangan ini, khususnya di tahun 2023.

Dari hasil survey di sejumlah pasar, mayoritas pedagang ayam penyet juga mengeluhkan jualan mereka anjlok cukup dalam di tahun ini.

Salah satu sampel pedagang ayam penyet di Jalan SM Raja menyatakan bahwa, biasanya dia membutuhkan 10 kg daging ayam di tahun 2022 per hari.

Selanjutnya, jika masuk libur akhir pekan permintaan daging ayam bisa mencapai 15 Kg per hari.Tetapi kali ini permintaan harian daging ayam hanya sekitar 5 hingga 7 Kg. Dimana untuk pemenuhan kebutuhan di akhir pekan hanya berkisar 6 hingga 7 Kg.

Beberapa pembeli ibu rumah tangga menyatakan bahwa untuk memenuhi kebutuhan protein, alternatif selain daging ayam adalah tahu dan tempe atau telur.

BACA JUGA : Orang Medan Selalu Hidangkan Tujuh Makanan Ini saat Idul Fitri, Tak Khas Hari Raya Tanpa Nomor Dua

Akan tetapi tahu dan tempe harganya lebih terjangkau untuk saat ini. Sementara untuk daging sapi, sudah hampir bisa dipastikan bahwa konsumsinya akan lebih menyasar masyarakat menengah keatas.

Karena harganya terbilang mahal, meskipun pada dasarnya harga daging sapi di Sumut dalam 4 tahun terakhir ini terpantau relatif tidak mengalami perubahan.

Menyikapi itu, pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, dari penelusuran ke sejumlah pedagang tahu tempe, mereka justru mengalami kenaikan omset penjualan di tahun ini.

Kenaikannya bisa mencapai 50% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Setelah melakukan observasi di hilir, observasi di hulu yang saya lakukan ternyata hasilnya juga menunjukan adanya penurunan produksi ayam pedaging di sekitar Sumut.

Sejumlah peternak ayam plasma yang bekerja sama dengan perusahaan besar menyatakan bahwa untuk doc maupun pakan ternak tidak mengalami perubahan.

Namun dari penjual pakan ternak khususnya pakan ternak bagi peternak mandiri. Terjadi penurunan yang cukup tajam untuk penjualan pakannya. Nilainya bisa mencapai 60% dibandingkan tahun sebelumnya.

BACA JUGA : Cegah Kejahatan Perdagangan Satwa Liar, Kemenkumham Dukung dan Fasilitasi UNODC Research Team Lakukan Kajian

Jadi kalau peternak plasma saat ini jumlahnya 80%, dan 20% sisanya peternak mandiri. Maka terjadi penurunan produksi sekitar 10% lebih untuk total produksi ayam di wilayah Sumut.

Nah, seharusnya penurunan produksi tersebut akan mendongkrak harga jual daging ayam.

Tapi fakta dilapangan harga daging ayam saat ini dijual dikisaran 27 hingga 30 ribu per Kg. Dan belakangan justru mengalami penurunan di pekan pertama Ramadhan.

Yang kalau memperhitungkan harga bahan baku pakan ternak (jagung) di kisaran harga 5.800 per Kg.

Harga jagung tersebut terbilang sangat mahal. Pada saat harga jagung di transaksikan dikisaran 5.600 per Kg tahun sebelumnya, harga daging ayam sempat di jual diatas 35 ribu per Kg. Dengan struktur pasar seperti sekarang, harga daging ayam saat ini terbilang murah atau wajar.

"Saya menilai ada gangguan daya beli sehingga skala prioritas belanja masyarakat menurun dari sisi kualitas. Meksipun dari sisi kuantitas untuk belanja harian pangan masih relatif terjaga, " kata Gunawan.

Tetapi potensi penurunan daya beli ini tidak bisa diabaikan apalagi disepelekan. Sedari awal di tahun ini.

"Saya melihat indeks keyakinan konsumen menurun, terlebih dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, " akhiri Gunawan.***

 

 

Editor: Dedi Suang


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x