Mudik berasal dari kata Udik (desa). Di Indonesia ada beberapa istilah Mudik. Orang Jawa mengidentikkan Mudik dengan anonim dari kata Mulih Disik (pulang sejenak). Walau ada juga yang mengatakan 'Mulai Dari Kampung' (maksudnya diri ini dahulu hidup dimulai dari kampung halaman, maka harus pulang sekedar untuk melihat saudara).
Dilansir dari laman pusat Studi Sosial Asia Tenggara Universitas Gajah Mada, dari artikel yang ditulis Qori Aina Fitrah, maka Mudik menjadi semacam obat bagi kekeringan batin seseorang.
Kembali kepada desa kembali kepada alam, akan meberikan siraman-siraman rohani untuk menyuburkan kegersangan tersebut. Mudik diyakini dapat memberikan banyak manfaat positif bagi yang melakukannya selain daripada untuk tujuan menyambung silaturrahmi atau merayakan lebaran.
Agus Maladi Irianto dalam jurnalnya “Mudik dan Keretakan Budaya” menjelaskan ada 3 dimensi dalam tradisi mudik. Pertama, mudik memiliki dimensi spiritual-kultural. Mudik adalah sebuah tradisi atau warisan dari para leluhur. Umar Kayam (2002) menyebut mudik sebagai tradisi yang terkait dengan kebiasaan petani Jawa mengunjungi kampung kelahiran untuk berziarah ke makam para pendahulunya.
Setidaknya itulah sedikit tentang makna Mudik bagi masyarakat di negeri Indonesia. Bahkan mudik juga telah menjadi tradisi di negara lain, seperti Malaysia, India, Turki, China bahkan Amerika sekalipun. Meski Mudik bsgi mereka punya makna yang berbeda dengan mudik di Indonesia yang identik dengan lebaran Idul Fitri ini. ***