Karenanya, harus mempertimbangkan faktor risiko dengan matang sebelum menayangkan film tersebut ke masyarakat.
Wakil Ketua Lembaga Sensor Film (LSF) Ervan Ismail menjelaskan bahwa pemahaman masyarakat tentang batasan dalam film yang berpotensi menjadi polemik semakin berkembang.
Film yang mempermasalahkan tata cara beribadah dan dianggap menakutkan saat beribadah, seperti pada film Kiblat, justru semakin mempertajam batasan kesalahan dalam pembuatan film.
Baca Juga: Film Indonesia Kiblat Masih Menjadi Kontroversial
Beberapa penonton khawatir dan meminta agar produser dan sutradara film itu memperhatikan batasan dalam memproduksi film.
Kendati ada beberapa orang yang penasaran dan tetap memilih menonton film tersebut, masyarakat menyadari bahwa kebebasan berekspresi seni harus dilakukan dengan cara yang tidak merugikan kelompok atau agama tertentu.
MUI sekarang meminta agar poster dan trailer film Kiblat dihapus sebagai respon atas kontroversi yang terus berkembang seputar film ini.
Meski film Kiblat masih menarik perhatian masyarakat, pada akhirnya dibutuhkan batasan dalam memproduksi film, khususnya yang berkaitan dengan agama atau keyakinan.