Mudik dengan Sepeda Menyenangkan atau Malah Menyengsarakan? Ini Serba-serbi Mudik dan Maknanya

17 April 2023, 09:07 WIB
Dua pemudik asal Cikarang, Jawa Barat, Frans dan Widodo, memilih menggunakan sepeda untuk mudik ke Solo, Jawa Tengah, saat tengah beristirahat di Cirebon, Jawa Barat, Minggu (16/4/2023). /Hreeloita Darma Shanti/Medsn Satu

MEDANSATU.ID - Frans dan Widodo adalah dua pemudik asal Cikarang, Jawa Barat yang memilih mudik dengan bersepeda sebagai alternatif pulang ke kampung halamannya.

Dua pemudik yang melintasi jalur Cirebon, Jawa Barat, memilih menggunakan sepeda sebagai salah satu alternatif kendaraan untuk pulang ke kampung halaman.

"Kita tiap tahun mudik dengan sepeda, jadi ini sudah jadi ritual (mudik) kami," kata Frans, yang melintasi jalur Cirebon, seperti dikutip MEDANSATU.ID dari antaranews.com

Mudik dengan bersepeda kata frans sudah menjadi tradisi tiap tahun baginya. Karena selain hobi bersepeda juga merupakan komunitas pecinta sepeda yang sehari-harinya bersepeda diberbagai aktifitasnya.

Baca Juga: Belum Pernah Ada, Bobby Afif Nasution Bawa 100 Anak Yatim dan Dhuafa Belanja Baju Lebaran di Mall di Medan

"Mudik dengan menggunakan sepeda sudah menjadi aktivitas rutin saya. Karena saya hobi bersepeda. Sepeda sudah menjadi identitas diri saya sebagai bagian dari komunitas pekerja bersepeda, " ujarnya.

Bagi Frans dan rekannya Widodo mudik dengan bersepeda itu merupakan pilihan. Mereka yang bertujuan ke Solo, Jawa Tengah ini sekaligus ingin mengkampanyekan mudik yang ramah lansia ngkungan dan sehat.

"Ya mudik dengan sepeda itu selain sehat juga ramah lingkungan. Ke Solo itu bisa mencapai tiga hari ditempuh setiap pagi pukul setengah enam mengayuh hingga pukul enam sore, " akunya seraya mengatakan jika malam istirahat di kota mana yang dilewati.

Frans dan Widodo mengaku tidak terlalu banyak membawa barang. Hanya barang seperti ban dalam jika terjadi masalah pada ban. Kemudian beberapa potong pakaian, kunci-kunci, helm, kacamata khusus, kaos berwarna terang, kaos kaki panjang, sarung tangan, sepatu dan dua botol minum.

Baca Juga: Kemenhub Himbau Pemudik Jangan Mudik Naik Motor Banyak Bahayanya dan Mudiklah Lebih Awal

"Baju sengaja warna terang agar melindungi diri kita saat melewati jalan yang mana terdapat pemudik lain yang menggunakan truk, motor atau mobil dengan batas kecepatan tinggi akibat mengejar waktu untuk sampai di tempat tujuan mudik, " ujarnya juga membagi tips.

Sementara terkait dengan fisik, mereka biasanya pemanasan dengan menempuh jarak bersepeda kurang lebih 100 kilometer pergi pulang, untuk mempersiapkan dirinya tiga bulan sebelum waktu keberangkatan yang ditentukan.

"Misalnya satu minggu kita 100 km pergi pulang untuk meningkatkan endurance (ketahanan) kita," kata Widodo.

Ia juga membeberkan biaya yang dikeluarkan selama perjalanan bisa mencapai satu juta rupiah per orang, termasuk untuk penginapan dan makan di jalan selama tiga hari.

Baca Juga: Resep Ayam Goreng Crispy untuk Berbuka Puasa, Gurih, Renyah dan Ueeenak!

"Kalau biaya tidak terlalu mahal, hanya bekisar satu jutaan sudah biaya penginapan hotel murah dan konsumsi selama dalam perjalanan lah, " tandasnya.

Oleh karenanya pertanyaan apakah mudik menyenangkan atau malah menyengsarakan menjadi relatif. Bagi sebagian orang bisa saja mudik dengan sepeda malah menyengsarakan. Namun tidak bagi yang lain.

Tradisi Mudik

Mudik adalah sebuah tradisi di Indonesia setiap lebaran Idul Fitri tiba. Meski ada pada acara-acara lain namun Idul Fitri selalu berjodoh dengan mudik. Sedangkan di negara lain, mudik juga ada walau dengan nama yang berbeda.

Mudik berasal dari kata Udik (desa). Di Indonesia ada beberapa istilah Mudik. Orang Jawa mengidentikkan Mudik dengan anonim dari kata Mulih Disik (pulang sejenak). Walau ada juga yang mengatakan 'Mulai Dari Kampung' (maksudnya diri ini dahulu hidup dimulai dari kampung halaman, maka harus pulang sekedar untuk melihat saudara). 

Baca Juga: Setelah Sisihkan 50 Ribu Kontestan dari 165 Negara Syekh Ziauddin Keluar Sebagai Juara II, Juri Sampai Nangis

Dilansir dari laman pusat Studi Sosial Asia Tenggara Universitas Gajah Mada, dari artikel yang ditulis Qori Aina Fitrah, maka Mudik menjadi semacam obat bagi kekeringan batin seseorang.

Kembali kepada desa kembali kepada alam, akan meberikan siraman-siraman rohani untuk menyuburkan kegersangan tersebut. Mudik diyakini dapat memberikan banyak manfaat positif bagi yang melakukannya selain daripada untuk tujuan menyambung silaturrahmi atau merayakan lebaran.

Agus Maladi Irianto dalam jurnalnya “Mudik dan Keretakan Budaya” menjelaskan ada 3 dimensi dalam tradisi mudik. Pertama, mudik memiliki dimensi spiritual-kultural. Mudik adalah sebuah tradisi atau warisan dari para leluhur. Umar Kayam (2002) menyebut mudik sebagai tradisi yang terkait dengan kebiasaan petani Jawa mengunjungi kampung kelahiran untuk berziarah ke makam para pendahulunya.

Setidaknya itulah sedikit tentang makna Mudik bagi masyarakat di negeri Indonesia. Bahkan mudik juga telah menjadi tradisi di negara lain, seperti Malaysia, India, Turki, China bahkan Amerika sekalipun. Meski Mudik bsgi mereka punya makna yang berbeda dengan mudik di Indonesia yang identik dengan lebaran Idul Fitri ini. ***

Editor: Ayub Fahreza

Sumber: Universitas Gajah Mada (UGM) antaranews.com

Tags

Terkini

Terpopuler