Kapan Puasa, Yok Lihat Hilal Dulu, Kemenag Prediksi Puasa Serentak, Ini Kata Otoritas Arab Saudi

- 21 Maret 2023, 11:47 WIB
Ilustrasi petugas mengamati posisi hilal (bulan) . Kemungkinan puasa di Indonesia serentak. (ANTARA FOTO)
Ilustrasi petugas mengamati posisi hilal (bulan) . Kemungkinan puasa di Indonesia serentak. (ANTARA FOTO) /Saiful Bahri/

MEDANSATU. ID - Ummat Muslim di dunia pasti sudah tak sabar ingin mengetahui kapan hari pertama puasa. Kapan jatuhnya 1 Ramadhan 1444 Hijriah. Rabu tanggal 22 atau Kamis tanggal 23. Ups, tenang dulu, cara menentukannya harus melihat hilal (bulan). 

Dilansir dari antaranews.com, Kemenag DIY memprediksi awal Ramadhan 1444 Hijriah bareng yakni, Rabu, 23 Maret 2023. Itupun jika bulan sudah terlihat. Ada kemungkinan juga jatuh pada hari Kamis.

"Kalau melihat kemungkinannya awal puasanya bareng Insya Allah, karena secara hisab sudah memungkinkan untuk bisa dilihat. Kemungkinan Ramadhan bareng," kata Kepala Kanwil Kemenag DIY Masmin Afif saat dihubungi di Yogyakarta, Jumat lalu.

Menurut Masmin Afif, pada tanggal 22 Maret 2023 posisi hilal saat mata hari terbenam sudah mencapai 7 derajat, dan itu sudah memungkinkan untuk melihat dengan cara rukyat.

"Sudah hampir mencapai 7 derajat kalau tidak terhalang oleh awan seharusnya sudah bisa dilihat," kata Afif.

Meskipun begitu, dia berharap agar ummat Muslim tetap sabar menu ggu sidang isbat yang akan digelar Kemenag RI yang diawali dengan rukyatul hilal di seluruh titik observasi bulan di Indonesia.

"Standar operasional prosedur (SOP)nya tetap melalui rukyat sebelum sidang isbat," ujar dia.

Sementara itu Kepala Bidang Urusan Agama Islam (Urais) Kanwil Kemenag DIY Jauhar Mustofa memprediksi keberadaan hilal awal Ramadhan 2023 di seluruh tanah air ini diperkirakan antara 7 sampai 9 derajat.

Masih dikatakannya, sedangkan sudut elongasi terkecil di Indonesia yakni saat matahari terbenam pada Rabu, 29 Sya'ban 1444 H atau bertepatan 22 Maret 2023, kata dia, sebesar 8 derajat 32 menit sampai 10 derajat 8 menit dan jarak matahari dan bulan sekitar 3 derajat sehingga saat cuaca cerah hilal memungkinkan dilihat.

"Dengan kondisi cuaca yang baik Insya Allah jadi 'santapan empuk' para perukyat. Semoga cuaca bersahabat," sambungnya.

Menurut Jauhar lagi, data tersebut telah memenuhi kriteria terbaru MABIMS (Menteri Agama Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) untuk penetapan awal Ramadhan yakni ketinggian hilal minimal tiga derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat.

"Maka Muhammadiyah dan NU Insya Allah bareng untuk awal Ramadhan, karena kriterianya sudah terpenuhi semuanya baik Muhammadiyah maupun kriteria pemerintah. Nanti kemungkinan yang bisa melihat (hilal) banyak," sebutnya.

Menurut Jauhar, Rabu (22/3) sore Kanwil Kemenag DIY bakal menggelar rukyatul hilal atau pemantauan hilal secara terpusat di Pos Observasi Bulan (POB) Syekh Bela Belu Parangtritis, Kabupaten Bantul.

Dia mengatakan pengamatan bulan dilakukan dengan menggunakan dua teropong bintang milik POB, plus sejumlah teropong milik Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dan perguruan tinggi.

"Pesertanya dari akademisi, kami juga mengundang berbagai ormas, pengadilan agama, kantor Kemenag kabupaten/kota, dan MUI juga kami hadirkan," kata Jauhar Mustofa.

Sementara itu, Mahkamah Agung Arab Saudi
telah meminta semua Muslim di Kerajaan
untuk mencari bulan sabit Ramadhan
pada Selasa malam, kata Saudi Press Agency.

Selasa bertepatan dengan tanggal 29
Syaban 1444 dan jika bulan sabit
Ramadhan terlihat pada Selasa malam,
maka Ramadhan akan dimulai pada hari
Rabu. Jika tidak, bulan suci akan dimulai
pada hari Kamis.

Pengadilan mengatakan siapa pun yang
melihat bulan Ramadhan dengan mata
atau melalui teropong harus memberi
tahu pengadilan terdekat ke lokasi mereka
dan merekam kesaksian mereka di sana.
Atau menghubungi pusat terdekat
sehingga mereka dapat diarahkan ke
pengadilan terdekat.

Editor: Ayub Fahreza

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x