Baca Juga: Seperti Biasa, Jemaah Calon Haji Makan 3 Kali Sehari di Tanah Suci, Begini Penjelasan Kemenag
Jadi, tegasnya lagi, masalah keterlambatan ini perlu segera dituntaskan secara permanen.
Kalau cuma sekadar mengambil armada dari tempat atau embarkasi lain, sindirnya, mungkin bisa menyelesaikan pada satu titik. Namun, kata dia, hal ini justru membuka persoalan baru di embarkasi lain untuk pemberangkatan kloter jemaah calon haji lainnya.
Wibowo Prasetyo menilai, pendekatan penyelesaian Garuda Indonesia atas masalah ini bersifat teknis dan tidak substantif. Apalagi, kata dia, sejauh ini Garuda Indonesia belum menyiapkan langkah dan mitigasi komprehensif.
Sejak 12 Mei 2024, urai Wibowo Prasetyo, awal penerbangan sekaligus awal muncul masalah, selalu saja alasannya perbaikan mesin, pengecekan moda atau alasan lainnya.
Sehingga, jelasnya, masalahnya pun terus terjadi secara berulang.
Dibutuhkan terobosan baru agar penerbangan jemaah calon haji Indonesia ke depan bisa sesuai jadwal.
Seperti diberitakan MEDANSATU.ID sebelumnya, persoalan delay berjam-jam ini dialami calon jemaah haji saat pemberangkatan kloter 41 Embarkasi Solo (SOC-41) yang berdampak domina terhadap keterlambatan pemberangkatan SOC-42 dan SOC-43. Parahnya, rentang keterlambatannya antara 4 jam hingga 17 jam.***