Mayoritas Muslim Tapi Milik Negara Tetangga, Yuks, Kenali Pulau Natal!

29 Februari 2024, 21:15 WIB
Pulau Natal /tangkapan layar /YouTube @Polemik

MEDANSATU.ID – Begitu banyak keunikan terhampar di bumi ini, dan bila kita mengetahuinya akan melahirkan kekaguman atau keheranan mungkin.

Ambil contoh fenomena di selat Giblatar yang memisahkan antara air asin dan air tawar.

Nah, kali ini kita akan mencoba mengenali lebih jauh tentang sebuah pulau yang terletak dekat dengan wilayah Indonesia, namun teryata bukan milik negara kita.

Pulau Natal atau dikenal juga dengan sebutan Pulau Christmas. Pulau tersebut secara letak geografis hanya berjarak 350km dari Indonesia, namun jaraknya dengan negara yang memiliknya, Australia, adalah 2.600km. Aneh bukan, kalau tidak tepat dikatakan unik.

Baca Juga: Menikmati Keindahan Danau Toba dari Jembatan Tele Kampung Tertinggi di Pulau Samosir, Bagaikan di New Zealand

Dilansir dari chanel YouTube @Polemik, pulau yang menurut data sensus tahun 2021 ini memiliki penduduk dengan jumlah 1.692 orang. Sedang luas wilayahnya sendiri mencapai 135KM2.

Mayoritas Berpenduduk Muslim

Masih dilansir dari chanel YouTube yang sama, suku bangsa yang mendiami Pulau Natal senyata beragam. Antara lain: 21,2 persen oleh etnis China, 18 persen etnis Melayu, 12,7 persen Australia, 8 persen dari Inggris, 2,5 persen Irlandia, dan 40,8 persen sisanya adalah gabungan dari etnis India dan Eurasia.

Walau bernama Pulau Natal (Christmas) dan melihat komposisi etnis serta bangsa yang ada di pulau tersebut, kita tentu akan terheran bila mengetahui mayoritas pemeluk agama di Pulau Christmas ialah Muslim.

Berikut persentasenya: Muslim 22,1 persen, Atheis 19,7 persen, Budha 15,2 persen, dan Katolik 7,3 persen.

Baca Juga: Gerhana Hibrida Terjadi Tanggal 20 April 2023, Berlangsung Selama 3 jam 5 menit, Dilihat dari Pulau Biak

Sejarah Pulau Natal (Christmas)

Menjadi pulau di wilayah eksternal Australia di Samudra Hindia, pulai ini ditemukan oleh seorang kapten laut, yakni Kapten William Mynors yang berkebangsaan Inggris. Tepat pada natal tahun 1643, ia mendarat dan singgah di pulau tersebut.

Sebagai master kapal milik East India Company (EIC) yang bernama Royal mary, penemuan Mynors terhadap pulau tersebut telah menjadikan Pulau Natal masuk dalam peta navigasi Inggris dan Belanda sejak abad 17.

Namun baru pada tahun 1666, Peter Goos yang seorang Kartografer dari Belanda menerbitkan peta yang memasukkan Pulau Natal dalam peta.

Pada 6 Juni 1888, Pulau Natal dianeksasi oleh Inggris Raya atas desakan John Murray. Hal itu dikarenakan munculnya fosfat yang membuat Inggris tergiur untuk mengklaim Pulau Natal.

MengenalBaca Juga: Mengenal Masjid Tanwirun Naja atau Masjid Tanjak, Ikon Baru Kota Batam yang Menjadi Tempat Wisata Religi

Tak lama setelah berdirinya sebuah pemukiman bernama Flying Fish Cove yang tentu saja bersamaan dengan berdirinya perusahaan fostat, masuklah sejumlah 200 orang buruh Tiongkok, 5 polisi Sikh, dan 8 manajer Eropa untuk menjadi tenaga kerja. Tenaga kerja juga bertambah dari sebagian kecil warga Melayu.

Masuknya tetara Jepang hingga berakhirnya Perang Dunia II dengan kekalahan Jepang, telah membuat penambangan fosfat berkurang.

Pulau Natal juga kembali ketangan Inggris. Namun, setelah Inggris memberikan sebagian besar koloninya setelah perang, Australia menyatakan minatnya utnuk mengakuisisi Pulau Natal ini. Akhirnya, pada tahun 1958, Pulau Natal berpindah kedaulatan ke Australia.

Baca Juga: Bemo, Transportasi Ikonik Tahun 80-an, Mengenal Lebih Jauh Sejarah dan Spesifikasi 'Si Dono' yang Lucu

Australia sendiri akhirnya membayar 2.800.000 Poundsterling untuk konpensasi akibat hilangnya pendapatan fosfat. Maka sejak 1 Oktober 1958, Pulau Natal resmi menjadi wilayah Australia. Tagal tersebut juga akhirnya dipilih menjadi Hari Wilayah bagi penghuni Pulau Natal.

Ya, begitulah sedikit fakta tentang Pulau Natal. Semoga bermanfaat.***

Editor: Ayub MS

Sumber: Youtube @Polemik

Tags

Terkini

Terpopuler