Waspadai, Kebangkrutan Perbankan di Amerika Serikat Picu Pertanian Sumatera Utara Tumbuh Negatif

- 23 Maret 2023, 15:33 WIB
Pengamat Ekonomi Sumatera Utara Gunawan Benjamin saat memaparkan perkembangan perekonomiam di Sumatera Utara selebas kebangkrutan bank di AS
Pengamat Ekonomi Sumatera Utara Gunawan Benjamin saat memaparkan perkembangan perekonomiam di Sumatera Utara selebas kebangkrutan bank di AS /

 

MEDANSATU.ID - Mirisnya pertanian di Sumatera Utara (Sumut) kian tumbuh secara negatif. Bahkan data menyebut secara kuartalan di kuartal keempat tahun 2022 lalu, tumbuh negatif 1%.

Pengamat Ekonomi Sumatera Utara, Gunawan Benjamin mengatakan, sektor pertanian di Sumut tahun 2023 ini akan menghadapi tentangan yang sangat berat.

Karena diproyeksikan akan tumbuh negatif berdasarkan hitungan dengan pendekatan atas harga nominal. Padahal sektor pertanian di Sumit ini menjadi sektor unggulan ekonomi di wilayah Sumatera Utara.

"Tidak bisa dipungkiri, kebangkrutan tiga bank di AS sebelumnya seperti silicon valley, silvergate, dan signature bank telah memicu kekuatiran terjadinya potensi kebangkrutan yang sama pada bank lainnya, " ujar Gunawan kepada media ini, Kamis (23/3/2023).

Dan setelah kejadian tersebut, katanya, beberapa bank lain juga menjadi pesakitan, yang lagi lagi menjadi gambaran bahwa fundamental ekonomi global tengah bermasalah, dan sangat berpeluang memicu terjadinya krisis atau kebangkrutan yang lebih besar nantinya.

Seiring dengan kabar tersebut, tambah Benjamin, harga komoditas dunia berguguran tanpa tekecuali harga CPO.

Dipicu oleh keuatiran penurunan konsumsi akibat ancaman krisis atau resesi. Sejak tanggal 9 Maret harga CPO mengalami keruntuhan dari posisi 4.200 ringgit per ton, menjadi 3.600-an ringgt per ton saat ini. Atau anjlok sekitar 14% sejak kabar buruk dari kebangkrutan sejumlah Bank yang ada di Amerika Serikat.

Dikuartal pertama tahun 2023 ini, Benjami sudah menghitung kalau sektor pertanian di Sumut itu pada dasarnya masih mampu tumbuh positif dibandingkan dengan kuartal keempat tahun 2022 silam.

Tetapi seakan belakangan ini harapan itu menjadi pupus. Ancaman krisis yang terjadi di Negara lain sangat berpeluang menggerus sektor pertanian di Sumut.

Dari pemantauan harga sawit, karet, sejumlah produk pertanian hortikultura, produk pertanian tanaman pangan, sektor pertanian SUMUT diproyeksikan masih mampu tumbuh 0.4% secara kuartalan (Q1 2023 – Q4 2022).

Tetapi jika melihat dalam satu tahun kedepan, dengan berdasarkan sejumlah skenario pembentukan harga komoditas pertanian berikut produksinya. Maka di tahun 2023 ini sektor pertanian di SUMUT berpeluang tumbuh -3% hingga -4%, terlebih jika kebangkrutan perbankan masih terus berlanjut.

Dominasi sawit yang memberikan kontribusi paling besar terhadap sektor pertanian, membuat fluktuasi pada komoditas ini turut mempengaruhi kondisi pertanian di wilayah ini.

Karena pembentukan harganya tidak terlepas dari dinamika global. Satu satunya subsektor yang mampu tumbuh di tahun ini adalah tanaman pangan. Selebihnya diragukan untuk tumbuh dan sebagian justru terkoreksi. Dan tentunya perhitungan tersebut belum dikurangi dengan inflasi.

Fenomena kebangkrutan Bank di AS ini, masih Gunawan, hanya kian mempertegas bahwa resesi global berjalan dengan lebih cepat.

" Kita tidak bisa menghidar dari resesi global, dan Sumut yang selalu bertumpu pada sektor pertanian sebaiknya waspada dengan kinerja sektor pertanian yang menurun. Bahkan dalam hitungan saya, jika harga CPO berada dalam rentang 2.800 hingga 3.200 per ton, sektor pertanian di Sumut mulai akan mendorong terjadinya masalah ekonomi lain seperti gangguan daya beli dan pengangguran, "akhirnya.***

 

Editor: Dedi Suang


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x