Membangun Kesadaran Lingkungan Melalui Ekowisata dan Pelestarian Hutan Lindung

- 6 Maret 2024, 16:15 WIB
Kawasan TNGL perbatasan Provinsi Aceh-Sumatera sebagai tempat habitat gajah yang kini banyak dirusak
Kawasan TNGL perbatasan Provinsi Aceh-Sumatera sebagai tempat habitat gajah yang kini banyak dirusak /Medan Pikiran Rakyat/ dok Bobi/

MEDANSATU.ID-Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BBTNGL) bekerja sama dengan masyarakat setempat dalam upaya menjaga kawasan hutan lindung yang terletak di perbatasan dua Provinsi, Aceh-Sumatera Utara.

Kawasan hutan tersebut termasuk dalam Kawasan Ekosistem Leuser yang di dalamnya terdapat TNGL.

Meskipun pihak BBTNGL telah melakukan kerja keras untuk menghijaukan hutan, aktivitas illegal logging, perambahan hutan, dan perkebunan ilegal di kawasan hutan lindung masih marak dilakukan.

Oleh karena itu, BBTNGL menggandeng masyarakat setempat untuk bersama-sama menjaga kelestarian hutan.

Baca Juga: Unik! Bukan di Thailand, Tempat Wisata di Tangkahan Langkat Sumatera Utara ini Bisa Dimandikan Gajah

Saat ini, masyarakat yang diberdayakan oleh SUMECO dalam bidang ekowisata mulai memperbaiki mindset untuk menjadi lebih peduli dengan lingkungan dan satwanya.

Mereka mulai menikmati nilai ekonomi yang dihasilkan dari ekowisata.

SUMECO telah sukses mengubah daerah pembalakan menjadi daerah pelestarian.

Bahkan Bobi Handoko, pendiri SUMECO, memiliki mimpi untuk menjadikan Tenggulun daerah pelestarian terkenal karena nilai ekonominya dari sudut pandang ekowisata.

Baca Juga: Mengenal Mangga Red Ivory Si Gading Gajah, Daging Tebal dan Biji Tipis, Rasanya Pas di Mulut

Wilayah Besitang sampai Aceh Tamiang dan bahkan Langsa memiliki potensi yang cukup besar untuk melihat gajah liar Sumatera di habitat aslinya, bukan dalam kandang atau dirantai seperti Tangkahan dan tempat lainnya.

Oleh karena itu, BBTNGL akan terus membantu dalam pengembangan ekowisata jika masyarakat setuju untuk bersama-sama berada di jalur pro konservasi.

Bahkan sejumlah tokoh ex-kombatan GAM telah memberikan dukungan kepada program tersebut.

Pengunjung lokal maupun wisatawan mancanegara (wisman) melintasi hulu sungai Simpang Kiri Tenggulun dapat menikmati keindahan alam yang masih asri.

Baca Juga: Gelar Seminar Deli Art Community, Gajah dalam Tradisi Masyarakat Angkola di FISIP USU

Namun, upaya melestarikan kawasan hutan lindung ini bukanlah hal yang mudah. Balai Besar TNGL memastikan agar kesadaran menjadi kunci utama dalam menjaga hutan.

Seperti yang diutarakan Kabid Pengelolaan Taman Nasional Wilayah III BBTNGL, Palber Turnip, timbulnya kesadaran setiap individu atas perlunya menjaga hutan dan segala isinya untuk dijaga dan dilestarikan menjadi kekuatan paling penting dalam menjaga kawasan hutan tersisa serta kekayaan plasma Nutfah di dalamnya.

"Kita dapat memulai langkah kecil dengan menjadi pembela lingkungan dari hal-hal kecil seperti membuang sampah pada tempatnya dan mengurangi penggunaan plastik sekali pakai," ujarnya kepada Medan Pikiran Rakyat, Rabu 6 Maret 2024.

Dengan kepedulian kita bersama, kata Turnip, kita bisa menjaga kawasan hutan yang masih tersisa dan memperbaiki keadaan alam yang semakin memprihatinkan.

"Yuk, bergandengan tangan dalam melestarikan alam Indonesia,"ajak Turnip kepada masyarakat Indonesia, khususnya perbatasan Provinsi Aceh-Sumatera Utara.***

 

Editor: Dedi Suang MS


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x