Kenapa Rupiah Terus Melemah ? Tiga Alasan yang Perlu Kita Ketahui, Ini Kata Pengamat Ekonomi

19 April 2024, 14:16 WIB
Pengamat Ekonomi Sumatera Utara Gunawan Benjamin saat memberikan pemaparan pertumbuhan rupiah saat ini, Kamis 21 September 2023 /Medansatu Pikiran Rakyat / Ded Suang /

MEDANSATU.ID-Dalam beberapa tahun terakhir, nilai mata uang Rupiah terus mengalami penurunan terhadap beberapa mata uang asing.

Keadaan ini mengejutkan banyak orang, khususnya mereka yang awam dengan dunia ekonomi.

Namun, banyak ahli yang meyakini bahwa ada beberapa faktor sangat memengaruhi geliat perekonomian Indonesia, baik itu faktor internal maupun eksternal.

Pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin menjelaskan ada tiga faktor utama yang membuat kinerja mata uang Rupiah melemah.

Baca Juga: Cek Fakta, Ekonomi Indonesia Memburuk Dampak Perang Iran-Israel

"Alasan utama yang membuat kinerja mata uang Rupiah melemah menurut hemat saya ada tiga," ujar Gunawan kepada Medan Pikiran Rakyat, Jumat 19 April 2024.

Pertama, dipengaruhi oleh kinerja surplus neraca perdagangan yang terus menyusut belakangan ini.

Kedua dipengaruhi oleh sikap Bank Sentral AS yang masih belum pasti kapan akan menurunkan bunga acuannya. Dan ketiga diperburuk oleh konflik atau perang antara Iran – Israel.

Sejauh ini, ekonomi AS merealisasikan kinerja ekonomi yang solid. Yang memungkinkan bahwa penurunan bunga acuan AS di tahun 2024 ini tidak akan terjadi.

Baca Juga: F1 Powerboat Menjadi Pemicu Pertumbuhan Ekonomi di Balige, Toba, Tempat Penginapan Penuh

Atau suku bunga tinggi bertahan untuk waktu yang lama. Situasi ini kian memperburuk Rupiah, bahkan BI juga diragukan kemampuannya untuk menurunkan bunga acuan seandainya Rupiah masih mengalami tekanan.

Saat ini, mata uang rupiah diperdagangkan dikisaran 16.280 per US Dolar. Posisi terburuk selama perdagangan hari ini rupiah sempat melemah hingga ke level 16.300 per US Dolarnya.

Pelemahan rupiah ini tentunya akan memicu kenaikan barang barang kebutuhan masyarakat.

Terlebih kenaikan sekelompok kebutuhan pangan strategis yang mejadi kebutuhan dasar masyarakat.

Mengingat sejumlah kebutuhan pangan strategis tersebut didatangkan dengan cara diimpor.

Baca Juga: Tekanan di Pasar Keuangan Terus Berlanjut, IHSG Rawan Koreksi Kata Pengamat Ekonomi

Untuk komoditas pangan hortikultura (cabai dan sayur-sayuran) membutuhkan pupuk, dimana sebagian bahan baku pupuk dibeli dari Negara lain.

Untuk sumber protein seperti daging ayam dan telur ayam juga membutuhkan bahan baku olahan seperti pakan yang sebagian juga didatangkan dari Negara lain.

Atau seperti beras Bulog, daging sapi maupun sapi indukan yang memang didatangkan dalam bentuk barang jadi siap konsumsi dari Negara lain.

Termasuk juga gula pasir impor yang hanya sedikit butuh reaksi kimia dan siap dikonsumsi.

Dan bahan bakar minyak (BBM) sebagian juga didatangkan dengan cara diimpor.

Baca Juga: Meski Ditopang Bansos, Ekonomi Sumut Terkesan Kinerja Ekstra, Apa Kata Pengamat Ekonomi Sumut

Pelemahan rupiah akan membuat harga barang-barang impor (konversi) menjadi lebih mahal, meskipun harga barang dari Negara asal bisa saja tidak mengalami perubahan.

Sehingga wajar jika muncul kekuatiran bahwa pelemahan Rupiah bisa membuat pemerintah merevisi kebijakan subsidi, seperti kemungkinan kenaikan harga BBM di tanah air.

Tentunya kenaikan sejumlah kelompok bahan pangan yang diakibatkan pelemahan mata uang Rupiah akan membebani pengeluaran masyarakat.

Daya beli masyarakat akan terus mengalami pelemahan. Laju pertumbuhan ekonomi akan melambat, yang pada akhirnya akan memunculkan resiko terjadinya krisis lainnya seperti krisis pangan maupun ekonomi.***

 

Editor: Dedi Suang MS

Tags

Terkini

Terpopuler