Network
MEDANSATU.ID - Siapa yang tak suka rujak. Makanan yang terbuat dari buah ini sudah sejak zaman penjajahan Belanda ada. Terutama di Simpang Jodoh Tembung Kota Medan perbatasan Deliserdang. Tempat lainnya adalah Kolam Sri Deli Masjid Raya Medan.
Rujak Simpang Jodoh sudah sangat terkenal sejak masa perbudakan Koeli Kontrak Tembakau Deli. Menariknya tempat itu masih ada sampai sekarang. Ada sekira 20 an gerobak penjual rujak di Simpang Jodoh.
Konon kabarnya Simpang Jodoh Tembung adalah tempat ngumpul para Koeli Kontrak selepas gajian di hari Sabtu. Sembari makan rujak Uleg, para pemuda biasanya sekalian bertemu dengan jodohnya di tempat ini.
Baca Juga: 94.815 Wisman Kunjungan ke Sumut Pascapandemi Covid-19
Zaman itu lantaran belum ada listrik, para pedagang yang umumnya orang Jawa, menggunakan lampu sentir (lampu minyak tanah). Sehingga lokasi tempat berjualan rujak jadi sangat indah seperti malam lebaran.
Kini lokasi penjualan rujak di Simpang Jodoh Tembung sudah ditata menjadi kios-kios yang memakai lampu listrik. Puluhan kios dengan steling yang dipenuhi berbagai buah-buahan juga membuat tempat itu menjadi sangat khas.
Berapa seporsi rujak di Simpang Jodoh? Rujak dengan porsi jumbo dan bumbu yang manis-manis pedas itu dihargakan Rp22 ribu. Kuah kental dengan gula merah pilihan, terasi , kacang tanah dan pisang baru muda yang diuleg membuat rasa rujak benar-benar nikmat.
Apalagi buah yang digunakan memang buah yang berkualitas seperti, nenas manis, jambu madu, bengkuang, timun dan pepaya manis. Membeli sebungkus sudah bisa dimakan untuk tiga orang.
