Menelusuri Jejak Musnahnya Bangsal Tembakau Deli di Kawasan Deliserdang, Mestinya Jadi Cagar Budaya

28 Maret 2023, 10:28 WIB
Kandang Ayam warga yang ditempel pamplet fudang 1926 di Desa Seintis /Al/Medan Satu

MEDANSATU.ID - Tembakau Deli merupakan tembakau yang sangat terkenal lantaran mutunya yang sangat bagus. Tembakau Deli yang juga dijuluki si daun emas ini sangat diminati bangsa luar seperti German, Belgia, Inggris dan Belanda.

 

 

Untuk menjemur daun tembakau Deli, maka Belanda melalui Yacob Nien Huis membangun Bangsal tembakau. Ada ratusan Bangsal yang di bangun di perkebunan tembakau Deli seluas 8000 hektar terbentang melalui Sungai Ular di Perbaungan hingga Bahorok di Langkat.

Menurut Zulkarnaer Siregar pemerhati Bangsal dan tembakau Deli, saat ini Bangsal Tembakau Deli sudah musnah. Bangsal yang dulu bertaburan dari Perbaungan, Pantai Labu, Desa Saintis, Desa Kolam, Tembung, Sampali, Helvetia, Kelambir Lima, Hamparan Perak dan Buluh Cina, kini sudah tak berbekas.

"Sayang sekali memang. Mestinya Bangsal - Bangsal tembakau itu bisa menjadi cagar budaya yang harus dipelihara. Tapi sekarang semuanya sudah musnah, " kata Zulkarnaen yang gemar bersepeda ini.

Pantauan Medansatu.id di areal perkebunan Saintis, memang satu bangsal tembakau pun sudah tidak terlihat lagi. Menurut Kepala Desa Saintis, Asmawito S Sos, musnahnya Bangsal tembakau lantaran sudah tua dan tidak terpakai lagi.

"Bangsal tembakau itu kan terbuat dari bambu. Sehingga harus ada perawatan. Sementara pihak perkebunan sudah tidak memakai bangsal lagi karena sudah tidak menanam tembakau lagi, " ujar Asmawito yang mengaku mantan karyawan PTPN 2 ini.

Bangsal tembakau di Desa Seintis berjumlah lebih dari enam Bangsal. Namun selain bangsal di Desa Saintis juga dibangun pergudangan dan perkantoran. Satu gudang yang sangat terkenal di Desa Seintis adalah Gudang Tembakau 1926. Tetapi gudang itu juga sudah roboh tak berbekas.

Seorang warga di Seintis mengaku bernama Anto Jepang mengatakan robohnya gudang tembakau 1926 lantaran sudah lapuk, tua dan tidak dirawat lagi. Gudang itu roboh belum lama ini. Sedangkan materialnya hilang begitu saja.

"Awalnya yang saya tau kontruksi bagian atapnya roboh. Mungkin karena kayunya sudah tua. Lama-lama satu persatu bahan - bahan bangunsnnya hilang. Lalu roboh dan saat ini sudah rata dengan tanah, " ujarnya.

Bahkan kini pamplet gudang 1926 dijadikan warga untuk kandang ayamnya. Dari penempatan pamplet itu sepertinya si pemilik kandang ayam ingin mengenang gudang tersebut dengan memasangnya pada kandng ayam yang sepintas mirip bangsal tembakau itu.

Di Desa Seintis juga banyak ditemukan artefak peninggalan bsngsal tembakau seperti ompak. Ompak adalah alas tiang bsngsal yang terbuat dari batu berbentuk segi empat. Oleh warga di Seintis, ompak tersebut dijadikan tungku apabla ada pesta kawin.

"Ya ompaklah yang jadi ada. Itupun terbuang-buang. Sama jambi sini buat tungku masak jika ada pesta kawinan, " ujar Anto.

Ompak dan sisa-sisa kantor Medan Satu
Serupa nasibnya dengan bangsal dan gudang di Desa Seintis, di Kelambir Lima juga kondisinya nyaris sama. Di Kelambir Lima ada gudang yang sudah rusak parah. Namun masih berdiri. Bahkan diyakini masyarakat di sana sebagai gudang angker.

Asih (56) warga Kelambir Lima mengaku pernah bekerja di gudang tersebut semasa dirinya masih duduk di bangku sekolah dasar (SD) di tahun 1980 an. Asih bekerja sebagai pemilah daun tembakau.

"Aku waktu itu masih SD. Kalau pulang sekolah ikut bekerja nemilah tembakau membantu emak (ibu, red) . Daun tembakau ada kelasnya. Ada yang cacat dimakan ulat. Ada yang sempurna warnanya kuning keemasan. Itu yang kelas A dan harganya mahal, " ujar Asih.

Namun sama seperti di Desa Seintis, di Kelambir Lima juga sudah tidak menanam tembakau lagi. Kini beberapa bangunan dijadikan perkantoran perkebunan Kelapa Sawit. Asmawito menerangkan PTP saat ini tidak menanam tembakau lagi karena harganya jatuh.

"Perkebunan otomatis tidak menanam tembakau lagi lantaran perawatannya sulit dan harganya sudah sangat murah. Sehingga tidak mampu lagi memproduksi daun tembakau, " terangnya.

Kemudian nasib yang sama juga terjadi di Buluh Cina. Menurut Icha staf Museum Perkebunan Sumut, di Buluh Cina masih ada perkebunan tembakau Deli meski tidak terlalu luas. Namun pada kenyataannya gudang tembakau di Buluh Cina sudah tidak terawat dan terpakai lagi.***

Editor: Ayub Fahreza

Tags

Terkini

Terpopuler