"Saya menelusuri narasi hidup terkait dengan tatonya dari setiap perempuan bertato menggunakan metode wawancara mendalam. Narasi yang saya temukan erat berkelindan dengan kesejarahan hidup setiap perempuan," ujar Nikita.
Tubuh lanjut dia, merupakan medium yang dapat digunakan untuk memunculkan penanda sesuai dengan tujuan tertentu. Butler berteori bahwa tubuh tidak menampilkan keaslian diri, melainkan penampilan dari peran yang dilakoni oleh seseorang.
Merujuk pada Cixous, tato merupakan salah satu wujud apropriasi ekspresi bagi perempuan yang mengalami keberjarakan dengan bahasa sebagai alat komunikasi yang lekat dengan kepentingan patriarkal.
Berbeda dengan bahasa, tato merupakan simbol yang tidak dapat sembarangan dibaca oleh siapa saja. Untuk memahami tato pada tubuh perempuan, penting pula memahami proses tersendiri yang mereka alami ketika memutuskan untuk menulis di atas tubuhnya dan mendengarkan narasi mereka.
"Dalam setiap guratan tato di tubuh perempuan, terkandung pula narasi hidupnya yang sangat khas sebagai perempuan." katanya***