Gelar Seminar Deli Art Community, Gajah dalam Tradisi Masyarakat Angkola di FISIP USU

9 November 2023, 19:00 WIB
Gelar Seminar Deli Art Community: Gajah dalam Tradisi Masyarakat Angkola di FISIP USU /Deli Art Community/

MADANSATU.ID - Mengapa suku Angkola memberikan penghormatan tertentu pada gajah? Hewan tersebut dianugerahi kain ulos, disertai dengan kesepakatan raja dan tetua adat berkumpul untuk memberikan penghormatan sambil musik gondang bermain?

Inilah sebuah temuan awal yang disampaikan oleh Tengku Zainuddin dalam presentasinya di depan seratus peserta seminar yang terdiri dari mahasiswa, peneliti, budayawan, seniman, dan masyarakat umum di gedung seminar FISIP USU, lantai 2 di Jalan Dr. A. Sofyan No. 1 Padang Bulan Medan, Selasa 7 November 2023.

Pertanyaan ini dijawab sementara oleh tiga narasumber yang berhasil mengumpulkan jawaban atas kegelisahan tersebut.

Gajah adalah hewan yang menarik untuk diteliti karena erat kaitannya dengan sejarah peradaban manusia. Gajah memiliki berbagai dimensi dan perspektif dalam penelitian ilmiah.

Baca Juga: DAC Gelar Seminar Hutan Adat dan Masyarakat Hukum Adat di FISIP USU, Begini Kupasan Narasumber

Sebagai mamalia terbesar di darat dan salah satu hewan tercerdas di dunia dengan volume otak besar, gajah memiliki banyak kelebihan.

Yance, Dosen Antropologi FISIP USU menjelaskan bahwa populasi gajah kemungkinan akan terus menurun di tahun-tahun mendatang karena situasi lingkungan yang tidak mendukung dan perilaku kejam manusia terhadap sesama makhluk.

Yance yakin bahwa manusia mampu melakukan kekejaman, namun juga yakin bahwa manusia dapat mengembalikan spesies seperti kambing ibex melalui hasil riset serius dan kemajuan ilmu biologi molekular yang didukung oleh pengetahuan lain.

"Dari perspektif sejarah, gajah telah memiliki arti dan peran penting dalam kehidupan manusia. Gajah selalu dihubungkan dengan ilmu pengetahuan dan konsep keagamaan, " jelasnya.

Baca Juga: Dibedah di Aula FISIP USU, Ini Kata Nara Sumber, Tentang Buku A Yusran, Manusia dan Kebudayaannya

Jika pada zaman Hindu-Buddha, lanjut Yance, gajah dianggap sebagai sosok religius, diberi wujud Ganesha dan Airawata, saat ini, gajah dihormati sebagai simbol atau lambang institusi negara.

"Namun, hutan tempat mereka hidup dan berkembang biak di Sumatera terus berkurang karena pembangunan yang pesat, sering menciptakan konflik horizontal antara manusia dan satwa liar karena berbagai kepentingan, " sambungnya.

Manusia mengambil alih wilayah tempat gajah dan sejawatnya hidup, tutur Zakarias Yoseph Tien, dari Balai Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan Wilayah Sumatera.

Masyarakat Angkola merupakan salah satu suku di Sumatra Utara. Mereka menetap di sekitar Pannai atau Padang Bolak, yang juga dikenal sebagai daerah Padang Lawas di sekitar Kabupaten Mandailing.

Baca Juga: Debat Kandidat Caketum HIPMI Labuhanbatu, Bram: Picu Kembang Ekonomi Muda, Firman: HIPMI Kawah Candradimuka

Wilayah seluas 8.000 km2 dialiri oleh beberapa sungai utama seperti Batang Barumun, Aek Siraisan, Batang Pane, Aek Sirumambe, Aek Sangkilon, Aek Haruaya, Batang Onang, dan Aek Sihapas.

"Kebudayaan Provinsi Sumut menjelaskan bahwa nama kawasan tersebut tercantum dalam prasasti Tanjore (1108 M), prasasti Batugana atau prasasti Panai, dan juga disebut dalam Nagarakertagama dengan keterangan letaknya tak jauh dari Barus, Mandailing, serta Minangkabau, " sebutnya.

Ia menambahkan bahwa terdapat ritual marroto (melompati gajah) bagi raja yang baru dinobatkan setelah raja sebelumnya telah dimakamkan. Gajah menjadi simbol para raja di Tanah Angkola.

Dini Usman, Ketua Deli Art Community menyampaikan, "Semoga seminar ini menyadarkan kita semua, terutama masyarakat Sumut mengenai warisan budaya ini agar kita memperoleh kebijaksanaan dari leluhur melalui hubungan intim antara manusia dan gajah yang spesial pada masyarakat suku Angkola."

Baca Juga: Piramida Toba, Fakta atau Fiksi? Kontroversi Temuan Piramida Toba dan Dampaknya Terhadap Pariwisata

"Semoga ini menginspirasi dan memicu penelitian-penelitian serupa guna memperkaya dan menambah kebijaksanaan kita sebagai salah satu penghuni bumi, agar lebih bijaksana dalam menjalin hubungan dengan makhluk lain yang memiliki hak serta kesempatan hidup yang baik bersama," tutup Dini Usman. ***

Editor: Ayub MS

Sumber: Istimewa

Tags

Terkini

Terpopuler