Lahirnya Pancasila Di Mata Akademisi, Prof Dr Zulfirman SH MH : Pancasila, Gotong Royong

- 1 Juni 2023, 00:32 WIB
Guru Besar Prof Dr Zul Firman SH MH
Guru Besar Prof Dr Zul Firman SH MH /Medansatu/Dedi/

Baca Juga: Mendongkol, PLN Byar Pet ! Masyarakat Belum Paham Rupanya Sudah Dapat Kompensasi dari Pemadaman Listrik

Perlu ditegaskan prinsip gotong royong itu adalah upaya mencapai keadilan sosial, dan keadilan sosial itu adalah satu bagian dari Pancasila. Jika gotong royong dijadikan acuan maka negara Indonesia dikayuh menjauh dari cita-cita luhur dari Pendiri bangsa Indonesia, dan sekaligus memporakporandakan bangunan politik dan hukum Indonesia citra jati diri bangsa Indonesia yang khas itu.

Lebih ekstrim lagi, jati diri bangsa Indonesia akan menguap menjadi bangsa yang baru yang hidup semata-mata mengejar kesenangan ( kenikmatan ) bukan kebahagiaan hidup. Jika ini terjadi, manusia adalah seonggok angka-angka layaknya suatu komoditas yang dapat diperdagangkan.

Dalam praktek angka-angka itu selalu dikonversikan sebagai uang; dan perlu diingat, uang dipergunakan tidak pernah cukup selalu bertambah dan bertambah lagi disana keserakahan merajalela dan sikap hedonis tumbuh subur.

Dalam hal itu, fungsi uang yang semula sebagai “alat” berubah menjadi “tujuan”; dengan uang kedaulatan manusia diletakkan pada level terendah. Hidup menjadi bahan dagangan. Demi uang orang tidak segan segan melakukan kekerasan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Baca Juga: Pedagang Kaki Lima di Kota Medan Rentan Dipungli Atasnama Organisasi, Pemko Medan Harus Bertanggungjawab

Dalam hal ini prinsip-prinsip Pancasila akan kehilangan sisi kemanusiaan yang sejati alami. Padahal negara Indonesia ( termasuk negara-negara pada umumnya ) lahir dengan tujuannya yang mulia yaitu menjaga, melindungi, menghormati dan memenuhi harkat dan martabat manusia.

Dalam harkat dan martabat manusia terkandung perlindungan terhadap hidup, kebebasan, kesejahteraan dan kehormatan diri sebagai manusia karena ia manusia. Oleh karena itu, semua elemen bangsa dituntut melakukan repleksi kembali makna yang terkandung dalam prinsip dasar negara Indonesia merdeka yaitu Pancasila sebagai personfikasi manusia.

Dan dia merupakan pribadi bangsa. Jadi, manusia Pancasila itu terlihat pada keterpaduan antara intelektualitas dan moratalitasnya. Pintar saja tidaklah cukup tanpa ada moral yang mendampinginya. Jangan berharap kebahagian hidup akan terwujud apabila moralnya hancur lebur.

Akhirnya sebagai penutup tulisan ini, dalam rangka memperingati hari lahirnya Pancasila, sudah pada tempatnyalah semua elemen bangsa ini meneguhkan pendirian memperkuat dan memperkokoh Pancasila sebagai dasar negara dengan beranjak dari pemahaman filsafat bukan dari pemahaman pemikiran teori politik.

Halaman:

Editor: Dedi Suang


Tags

Artikel Pilihan

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x